BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan
yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah
bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan
berikutdiberikan sebagai petunjuk.
bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah
menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau
temperatur lain yang telah ditentukan.
Dengan adanya praktikum kerapatan dan bobot jenis suatu zat , maka kita
sebagai seorang pharmacist diharapkan dengan mudah untuk menentukan
kemurnian dari suatu sediaaan obat dan akan membatu kita nantinya ketika akan
membuat sediaan.
B.
Maksud Praktikum
1. Untuk
menentukan bobot jenis dengan menggunakan beberapa sampel sirup yaitu : sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan
susu ultra.
2. Untuk
menentukan kerapatan suatu sampel zat padat dalam hal ini asam borat, dengan
menggunakan 3 perlakuan yang di gunakan untuk menentukan kerapatan zat padat
tersebut
C.
Tujuan Praktikum
1. Untuk
menentukan bobot jenis suatu sampel
sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan susu ultra dengan menggunakan piknometer.
2. Untuk menentukan kerapatan bulk, kerapatan
mampat, dan kerapatan sejati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Dasar Teori
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan
yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah
bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan
berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk., 1975)
Densitas semu
diperoleh dengan membagi berat sampel dengan volume massal, itu adalah berat satuan
volume kemasan. density benar mengacu pada kepadatan substansi, termasuk seluruh
volume pori lebih besar dari jarak dimensi atom ar molekul yang ada di lattae kristal ( Eugene L.Parrott, Ph.D, hal 17 )
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan
besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu,
dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)
(Martin, A., 1993).
Bobot jenis merupakan karakteristik bahan yang penting, yang digunakan
dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu,
khususnya sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan
dengan menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara
manometrik. (Menurut R. Voigt, hal 66).
Bobot jenis
merupakan rasio berat zat di udara dengan suatu volume air yang sama. itu
tidak memiliki unit. ( Gennaro,
1990 )
penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain didasarkan pada
perbandingan bobot zat diudara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. bila pada suhu 25 zat terbentuk pada
tetapan bobot zat pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi dan
mengacu pada air pada suhu 25. bilangan bobot jenis merupakan bilangan
perbandingan tanpa dimensii yang mengacu pada bobot jenis aie ( Anonim, 2014 ).
Cara
pengukuran kerapatam dan bobot jenis meliputi : ( Roth, 1988 )
1. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum
Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan
yang terdesak
2. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan
tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan
disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca
Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
3. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan
areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa
dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung
ditutup dengan pelelehan.
4. Metode Piknometer. Prinsip metode ini
didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati
cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini
terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
B. Uraian Bahan
1.
Alkohol ( FI III, hal 65 )
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain :
Etanol / alcohol
RM / BM : O / 46,07
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut,
menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari api
.
2.
Asam Borat ( Ditjen pom, 1979 )
Nama Resmi : ACIDUM BORICUM
Nama Lain : Asam Borat
RM / BM : H3BO3/61,83
Kerapatan : 1,435 gr/ml
Pemerian : hablur, serbuk hablur putih atau sisik
Mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak Berbau; rasa agak Asam dan pahit kemudian
manis.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian
air mendidih,
dalam 16
Bagian etanol (95%) p
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik
Kegunaan :
antiseptikum ekstern
3.
Paraffin Cair ( FI III, 474 )
Nama Resmi : PARAFFINUM
LIQUIDUM
Nama Lain : Paraffin cair
RM / BJ :
C3H8O3 /
92,09
Pemerian : Cairan
kental, transparan, tidar berfluorensasi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,
hampir tidak mempunnyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak
larut dalam air, dan dalam etanol ( 95% ) p, larut dalam kloroform, dan dalam
Eter p.
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan : laksativum
C.
Uraian Sampel
1.
Asam Borat ( Ditjen pom, 1979 )
Nama Resmi : ACIDUM BORICUM
Nama Lain : Asam Borat
RM / BM : H3BO3/61,83
Kerapatan : 1,435 gr/ml
Pemerian : hablur, serbuk
hablur putih atau sisik
Mengkilap
tidak berwarna; kasar; tidak Berbau; rasa agak asam dan manis kemudian.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian
air mendidih,
dalam 16 Bagian etanol (95%) p
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik
Kegunaan :
antiseptikum ekstern
D.
Prosedur Kerja
Menentukan
Kerapatan Buik
Ø Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50
ml.
Ø Ukur volume zat padat
Ø Hitung Kerapatan Bulk menggunakan persamaan Kerapatan Bulk
Menentukan Kerapatan
Mampat
Ø Timbang zat padat sebanyak 10 gram
Ø Masukkan kedalam grlas ukur
Ø Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
Ø Ukur volume yang terbentuk
Ø Hitung Kerapatan Mampat dengan persamaan Kerapatan Mampat
Menentukan Kerapatan
Sejati
Ø Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya ( W1 )
Ø Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya.
Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya ( W3 )
Ø Isikan paraffin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat
padat,kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara
didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta
tutupnya ( W4 )
Ø Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan paraffin cair hingga tidak ada
gelembung didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya ( W2 )
Ø Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan Kerapatan Sejati.
Menentukan Bobot Jenis
cairan
Ø Gunakan piknometer yang bersih dan kering
Ø Timbang piknometer kosong ( W1 ), lalu isi dengan air suling, bagian luar
piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2 )
Ø Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang
akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling,
dan timbang ( W3 )
Ø Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan bobot jenis.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan
Bahan
Alat :
1.
Piknometer 25 ml
2.
Pipet Tetes
3.
Tapdensity
4.
Gelas Ukur 50 ml
5.
Corong
6.
Sendok Tanduk
7.
Gelas Kimia
8.
Timbangan Digital
Bahan :
1.
Alkohol 70 %
2.
Asam borat
3.
Sampel Sirup
4.
Sampel Marjan
5.
Sampel DHT
6.
Sampel Pocari Sweat
7.
Paraffin cair
8.
Kertas Timbang
9.
Aluminium Foil
B. Cara Kerja
Menentukan
Kerapatan Bulk
Timbang 10 g asam borat
lalu masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. setelah itu, ukur volume zat padat
yang berada dalam piknometer sebelum diberikan perkaluan dan hitung kerapatan
Bulk. Lalu tutup gelas ukur dengan menggunakan aluminium foil.
Menentukan
Kerapatan Mampat
Setelah melakukan
pengukuran untuk kerapatan bulk dandidiamkan, mampatkan zat padat yang berada
didalam piknometer dengan mengetuk zat padat tersebut sampai 100 kali ketukan
atau bisa juga dengan menggunakan alat tapdensity. Lakukan pemampatan sampai
zat padat tersebut benar-benar mampat dan tidak ada pori didalamnya. Setelah
itu ukur volume yang terbentuk dan hitung kerapatan mampatnya.
Menentukan
Kerapatan Sejati
Timbang piknometer yang
bersih dan kering beserta tutupnya. Setelah
mendapat hasil timbangan dari piknometer kosong, isi 2/3 dari volume piknometer
dengan zat padat lalu timbang piknometer yang berisi zat padat beserta
tutupnya. Setelah mendapat hasil timbangannya, isi paraffin cair secara
perlahan-lahan ke dalam piknometer yang sebelumnya telah diisi dengan zat
padat. Setelah itu, cukupkan dengan memasukkan asam borat ke dalam piknometer
sampai tidak ada gelembung didalam piknometer. Lalu timbang piknometer yang
berisi campuran dari zat padat dan paraffin cair beserta dengan tutupnya.
Setelah mendapat hasil timbangan, bersihkan piknometer lalu isi piknometer
dengan paraffin cair sampai penuh lalu timbang kembali. Setelah itu, hitung
kerapatan zat dengan menggunakan rumus kerapatan sejati.
Menentukan
Bobot Jenis cairan
Timbang piknometer bersih dan kosong
beserta tutupnya. Setelah itu isi piknometer dengan sampel sirup semapai penuh
dan tidak ada gelembung didalam piknometer, lalu timbang piknometer yang berisi
sampel sirup beserta tutupnya. Setelah itu, hitung bobot jenis cairan dengan
menggunakan persamaan perbandingan air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil
1.
Table
kerapatan
Kelompok
|
Kerapatan
bulk
|
Kerapatan
mampat
|
Kerapatan
sejati
|
1
|
0,83
|
0,90
|
-3,86
|
2
|
0,83
|
0,90
|
-1,46
|
3
|
0,83
|
0,90
|
-48,88
|
4
|
0,91
|
1
|
-2,54
|
5
|
0,77
|
1
|
-2,224
|
2.
Table
bobotjenis
sampel
|
Bobot jenis (g/ml)
|
Sirup marjan
|
1,410 g/ml
|
Sirup DHT
|
1,2884 g/ml
|
Pocary sweat
|
1,0156 g/ml
|
Sirup ABC
|
1,1253 g/ml
|
Ultra milk
|
1,0283 g/ml
|
Perhitungan
1.
Kelompok 1
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk =
= 10 g
= 0,83 g/ml
12m
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot
zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11ml
c.
Kerapatan
sejati :
a.
Bera tpikno kosong :
11,25
b.
Beratpikno + paraffin :
32,85
c.
Beratpikno + asam borat :
23,28
d.
Pikno + paraffin + asam borat :
42,33
e.
Berat paraffin (b-a) : 21,60
f.
Berat sampel (c-a) : 12,02
g.
Berat sampel + paraffin (d-a) : 11,25
h.
Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (11,25-21,60-12,02) = -2,55
i.
Volume
sampelh = -3,11
BJ parafin
j.
Kerapatansejati
= berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 12,02=
-3,86 g/ml
-3,11
2.
Kelompok 2
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat
padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10 g =
0,83 g/ml
12ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot
zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10
g = 0,90 g/ml
11ml
c.
Kerapatan
sejati :
1. Berat pikno
kosong : 30,63
2. Beratpikno +
paraffin : 50,89
3. Beratpikno +
asamborat : 45,80
4. Pikno +
paraffin + asam borat : 57,52
5. Berat
paraffin (b-a) : 20,26
6. Beratsampel (c-a) : 15,17
7. Beratsampel
+ paraffin (d-a) : 26,89
8. Berat paraffin
yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (26,89-20,26-15,17) = -8,54
9.
Volume
sampel h = -8,54=
-10.41
BJ
paraffin 0,82
10. Kerapatansejati = beratsampel
(g)
Volume sampel (ml)
= 15,17=
-1,46 g/ml
-10,41
3.
Kelompok 3
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobotzatpadat
(g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,83 g/ml
12 ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot
zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11
ml
c.
Kerapatan
sejati :
a. Berat pikno
kosong : 23,33
b. Berat pikno
+ paraffin : 43,87
c. Berat pikno
+ asam borat : 39,95
d. Pikno +
paraffin + asam borat : 53,34
e. Berat paraffin
(b-a) : 20,54
f. Beratsampel (c-a) : 16,62
g. Beratsampel
+ paraffin (d-a) : 30,01
h. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (30,01-20,54-16,62)= -7,15
i.
Volume
sampel h = -7,15 = -0,34
BJ parafin 20,54
j.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 16,62= -48,88 g/ml
-0,34
4.
Kelompok 4
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk =bobot zat
padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,90 g/ml
11 ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan mampat = bobot
zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 1 g/ml
10 ml
c.
Kerapatansejati
:
a. Berat pikno
kosong : 29,11
b. Beratpikno +
paraffin : 48,93
c. Berat pikno
+ asam borat : 42,44
d. Pikno +
paraffin + asam Berat paraffin (b-a) : 28,86
e. Berat sampel (c-a) : 13,33
f. Berat sampel
+ paraffin (d-a) : 28,86
g. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (28,86-28,86-13,33) = -4,29
h.
Volume
sampel h = -5,23
BJ parafin
i.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 13,33= -2,54 g/ml
-5,23
5.
Kelompok 5
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan bulk = bobot zat
padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,77 g/ml
13 ml
b.
Kerapatan
mampat
Kerapatan mampat = bobotzatpadat
(g)
Volume mampat (ml)
= 10
g = 1 g/ml
10 ml
c.
Kerapatan
sejati :
a. Berat pikno
kosong :
22,03
b. Berat pikno
+ paraffin : 42,69
c. Berat pikno
+ asam borat : 35,09
d. Pikno +
paraffin + asam borat : 50,89
e. Berat
paraffin (b-a) : 20,65
f. Berat sampel (c-a) : 13,04
g. Beratsampel
+ paraffin (d-a) : 28,85
h. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (28,85-20,65-13,04) = -4,84
i.
Volume
sampel h = -4,84 = -5,86
BJ parafin 0,83
j.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 13,04=
-2,224
-5,86
C. Pembahasan
Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per
satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem
cgs dalam gram per sentimeter kubik. Sedangkan Bobot jenis merupakan
karakteristik bahan yang penting, yang digunakan dalam pengujian identitas dan
kemurnian bahan obat dan bahan pembantu, khususnya sifat cairan dan zat
berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer,
aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara manometrik.
Percobaan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan kerapatan suatu zat dengan menggunakan kerapatan
bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan sejati. Serta bertujuan untuk menentukan
bobot jenis dari suatu cairan.
Untunk menentukan
Kerapatan Bulk, pertama bersuhkan gelas ukur dan keringkan. Setelah itu,
masukkan zat padat ke dalam gelas ukur , ukur volumenya dan hitung kerapatan
bulknya. Untuk kerapatan Mampat, zat padat yang telah ada didalam Gekas ukur
tadi, dimampatkan / dipadatkan dengan menggunakan tapdensity dengan tujutan
agar pori dalam zat padat tersebut tertutup. Setelah itu ukur volume yang terbentuk,
dan hitung volume mampa. Kerapatan Sejati hal yang paling utama yang harus di
lakukan adalah bersihkan piknometer yang akan digunakan dengan menggunakan
alcohol. Alcohol digunakan dalam membersihkan piknometer karena sifatnya yang
mudah larut dalam lemak dan mudah menguap. Setelah itu, pegang piiknometer
dengan menggunakan tissue ddengan tujuan agar kotoran yang ada ditangan tidak
melekat pada piknometer dan mempengaruhi berat jenisnya. Setelah itu timbang
berat piknometer kosong beserta tutupnya dengan menggunakan timbangan digital.
Lalu itu, 2/3 dari volume piknometer diisi dengan zat padat dalam hal ini asam
borat karena asam borat tidak dapat
larut sehingga dapat berat jenisnya dapat dihitung lalu timbang lagi piknometer yang berisi zat
padat beserta tutupnya. Tambahkan paraffin cair ke dalam piknometer yang telah
berisi asam borat, masukkan secara
perlahan-lahan. Para percobaan ini alasan paraffin digunakan karena paraffin
cair tidak dapat melarutkan granule-granule zat padat. Isi sampai tidak ada
gelembung didalam piknometer, lalu timbang piknometer yang berisi campuran dari
zat padat dan paraffin cair beserta tutupnya. Setelah itu, bersihkan piknometer
dan keringkan dengan perlakuan yang sama, masukkan paraffin cair ke dalam
piknometer, isi sampai tidak ada gelembung udara didalamnya lalu timbang
beserta tutupnya. Dan hitung kerapatan sejatinya.
Untuk menentukan bobot
jenis suatu cairan, sama dengan penentuan kerapatan sejati piknometer terlebih
dahulu dibersihkan dengan menggunakan alcohol dan keringkan. Setelah itu,
timbang piknometer kosong beserta tutupnya, lalu isi piknometer dengan sampel
sirup. Isi sampai tidak ada gelembung didalam piknometer lalu timbang
piknometer yang berisi paraffin cair beserta tutupnya dan hitung bobot jenisnya.
Dari hasil praktikum,
didapatkan hasil / nilai dari penentuan kerapatan zat dan bobot jenis zat.
Kerapatan bulk yang didapatkan adalah 0,91, Kerapatan Mampat = 1, dan Kerapatan
Sejati = -6,03 g/ml sedangkan nilai yang didapatkan untuk penentuan bobot jenis
sampel sirup adalah 1,1253 g/ml. dalam penentuan kerapatan Sejati hasilnya
minus, sedangkan hasil dari Kerapatan tidak boleh minus. Hal ini tidak
disebabkan oleh factor kesalahan namun hal ini dipengaruhi oleh Temperatur, dimana pada suhu yang
tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat
mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah
dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu
pada suhu 25oC (suhu kamar). Serta Massa zat, jika zat mempunyai
massa besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu
zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan
dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kerapatan
Bulk dengan sampel asam borat adalah
0,91
2.
Kerapatan
mampat dengan sampel asam borat adalah 1
3.
Kerapatan
Sejati dengan samel asam borat adalah -6,03
4.
Bobot jenis dari sampel sirup Marjan adalah1,410
g/ml, sirup DHT adalah 1,2884 g/ml, pocari sweat adalah 1,02083 g/ml, situp ABC
adalah 1,1253 g/ml dan susu ultra adalah 1,0283 g/ml. dari hasil percobaan
perhitungan bobot, ditemukan bahwa sirup Marjan memiliki bobot jenis yang
paling tinggi dan pocari sweat memiliki bobot jenis yang paling rendah.
B.
Saran
Seharusnya alat yang akan digunakan untuk praktikum memadai sehingga
praktikum bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C.,Howard ( 1989 ), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI
Press, Jakarta
Brescia,Arents dan Meislich,
1975, Fundamental Chemistry, New York
Ditjen POM, ( 1979 ), Farmakope Indonesia III, Depatemen
Kesehatan RI, Jakarta
Eugene, L Parrot, Ph, D, Pharmaceutical Technology, Lowa City
Gennaro, Alfonso R, 1990,
Remington's Pharmaceutical Sciense 18, Mark publishing Easton :
Pennyslavania
Voigt, Rudolf, ( 1994 ), Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar