Senin, 12 Mei 2014

laporan pH dapar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita memakan berbagai macam makanan atau meminum berbagai macam obat tanpa mengetahui apakah makanan atau obat tersebut aman untuk dikonsumsi. Kita mengambil contoh pada makanan. Misalnya makanan yang kita konsumsi kita tidak ketahui apakah ia cocok untuk dikonsumsi atau tidak. Karena, banyak makanan yang tadinya akan bermanfaat bagi tubuh malah menjadi bencana bagi tubuh kita. Kita ambil contoh dari jengkol. Jengkol, meskipun mempunyai bau yang tidak enak, tetapi mempunyai berbagai fungsi untuk kesehatan diantaranya memperlancar buang air besar, mencegah penyakit diabetes, memcegah penyakit jantung koroner dan sebagainya. Tetapi, meskipun begitu jika dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan terbentuknya kristal dan menghambat saluran kencing. Cara untuk mengatasinya melalui cara dengan memasukkan larutan  Natrium Karbonat ( biasanya ) yang sifatnya basa yang nantinya akann membentuk garam ketika bereaksi dengan asam dan kemudian akan keluar melalui urin ( karena garam sifatnya adalah mudah larut dalam air ).
Dalam bidang Farmasi, senyawa kimia dan zat aktif yang akan diformulasi untuk membuat dapar harus berada dalam keadaan pH yang stabil atau netral karena jika kadar pH melebihi atau kurang dari kadar seharusnya, maka bisa jadi obat tidak akan bekerja sesuai dengan fungsi yang semestinya ataupun dapat memberikan efek yang tidak diinginkan untuk bereaksi didalam tubuh sampai membahayakan orang yang mengonsumsi obat tersebut.
B.     Maksud Praktikum
Adapun maksud darii praktikum ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pH dari larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; NaOH 1,0 M; 0,1 M ; 0,001 M; 0,0001 M dan daparr asetat berdasarkan metode penentuan pH
2.      Untuk mengetahui cara pembuatan dapar asetat pada pH NaOH 0,1 M dan asam asetat 0,2 M serta menentukan kapasitas daparnya
C.    Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum adalah :
1.      Untuk menentukan pH dari larutan Hcl 0,001 M; 0,01 M; 0,1 M 1,0 M dan larutan NaOH 0,001 M; 0,01 M dan 1 M daan dapar asetat dengan menggunakan metode penentuan pH  yaitu pH meter dan pH universal
2.      Untuk membuat dan menentukan kapasitas dapar asetatt dari campuran larutan NaOH 0,1 M dan asam asetat 0,2 M




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori Dasar
Penyangga adalah sistem garam elektrolit asam lemah atau baa lemah biasanya berpasangan dengan asam kuat atau basa yang sesuai yang menjaga pH larytan didaerah yang diinginkan untuk stabilitas obat, atau resistensi terhadap perubahan aditif akan merubah pH dalam suatu sistem dinyatakan tidak buffer, adalah fungsi dari jenis penyangga dan konsentrasi dimana kapasitas penyangga maksimum ketika pH sama dengan sistem pKa ( Groves, 1988 ).
Istilah penyangga, bila digunakan dengan mengacu pada konsentrasi ion hidrogen atau pH, merujuk pada kemampuan sistem, khususnya solusi untuk menolak perubahan pH pada penambahan asam atau basa, atau pengenceran dengan pelarut. Jika asam atau basa ditambahkan kedalam air, pH yang terakhir ini berubah signifikan. Air tidak memmiliki kemampuan untuk melawan perubahan pH. Itu benar – benarr tanpa tindakan penyagga bahkan asam yang sangat lemah sepertii kardon dioksida perubahan pH air, menurun dari 7 sampai 7,5 ketika konsentrasi kecil karbon dioksida diudara diseimbangkan oleh sedikit air murni. Kerentanan ekstrim ini, air suling untuk perubahan pH tentang cara penambahan jumlah yang sangat kecil asam atau basa sering menjadi perhatian besar dalam operasi farmasi. Solusi garam netral, seperti natrium klorida, sama tidak memiliki kemampuan untuk melawan perubahan pH pada penambahan asam atau basa, solusi tersebut disebut bukan penyangga. Karakteristik larutan penyangga, yang mengalami perubahan kecil pH pada penambahan asam atau basa, adalah kehadiran salah satuu dari asam lemah dan garam dari asam lemah, atau basa lemah dan garam dari basa lemah ( Gennaro, 1990 ).
Larutan penyangga adalah solusi yang cenderung menolak perubahan pH ketika asam atau basa ditambahkan. Larutan penyangga biasanya mengandung asam lemah dan basa konjugasinya yaitu, garam atau basa lemah dan asam konjugasinya. Jika basa ditambahkan ke larutan penyangga yang mengandung asam lemah HA dan dilakukan dari garam MA, basa tersebut dinetralkan oleh asam :
 + HA   O +
Jika asam ditambahkan, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan anion dari garam, membentuk asam lemah terdisosiasi,
  +      HA   ( Parrot , 1970 ).
Penambahan garam dengan ion umum akan mengurangi disosiasi asam untuk menjaga keseimbangan, yaitu nilai Ka konstan. Karena ini hanya sedikit dipisahkan, anion untuk tujuan praktis dapat dianggap sebagai berasal dari garam yang sangat terdisosiasi, MA dan istilah [ HA ] dapat dianggap mewakili konsentrasi total asam. Konsentrasi ion hidrogen dari larutan penyangga maka sama dengan produk dari konstanta disosiasi dan rasio konsentrasi asam dan garam,
[  ]  =  Ka     ( Parrot, 1970 ).
Persamaan penyangga memiliki keterbatasan tertentu sebagai akibat dari asumsi yang dibuat salam turunannya. Itu tidak berlaku ketika asam lemah dalam bentuk garam kurang dari 10 persen dari konsentrasi penyangga keseluruhan atau ketika konsentrasi ion hidrogen yang cukup besar merupakan bagian penting dari total ion. Keterbatasan itu tidak mengalihkan perhatian dari penggunaannya dalam kisaran pH 4 sampai 10 yang biasa ditemua dalam farmasi. Kapasitas penyangga adalah kemampuan larutan penyangga dari solusi. Kuantitatif kapasitas penyangga dapat didefinisikan sebagai jumlah setara garam asam atau basa yang mengubah pH satu liter larutan penyagga ( Parrot, 1970 ).
Larutan penyangga adalah istem yang menolak perubahan pH. Solusi dari asam lemah dan garamnya, basa dan garamnya atau protein bertindak sebagai penyangga. Jika basis ditambahkan kedalam larutan yang mengandung konsentrasi molar dari asam lemah dan garamnya, dinetralkan oleh asam lemah membentuk lebih banyak garam dan hasil peningkatan pH seditik. Juga jika asam ditambahkan kelarutan basa lemah dan garamnya, hanya penurunan kecil dala pH yang diamati. Sistem penyangga khas digunakan dalam sediaan farmasi meliputi asam asetat, asam bikarbonat, dan sebagainya ( Gennaro, 1990 ).
Kapasitas penyangga didefinnisikan sebagai jumlah, dalam gram per liter, asam kuat atau basa kuat, diperlukan untuk mengubah pH larutan sebesar satu unit. Dalam penyangga asetat, kapasitas penyangga adalah mol NaOH ditambahkan / perubahan pH. Ananlisis persamaan sebeblumnya menunjukkan bahwa kapasitas penyangga tergantung pada konsentrasi absolut garam dan rasio asamnya ( Gennaro, 1990 ).
Kemampuan larutan penyangga untuk melawan perubahan pH pada penambahan asam atau basa dapat diukur dari degi kapasitasnya. Secara umum, konsentrasi asam dalam penyangga asam basa konjugat lemah menentukan kapasitas untukk menetralisir basis tambahan, sedangkan konsentrasi garam lemah menentukan kapasitas untuk menetralakn asam tambahan. Sama dalam asam basa konjugat lemah, penyangga konsentras basa lemah menentukan kapasitas terhadap basis yang ditambahkan. Ketika buffer dalam mkonsentrasi basa lemah dan asam konjugasi, memiliki kapasitas buffer yang sama terhadap penambahan asam atau basa kuat ( Gennaro, 1990 ).
Larutan penyangga secara luas digunakan dalam farmasii untuk mengatur pH larutan berair yang diperlkan untuk stabilitas maksimum atau diperlukan untuk efek fisiologis optimal solusi untuk aplikasi jatingan halus, khususnya mata,, juga harus dirumuskan pada pH tidak terlalu jauh dari cairan jaringan ynag tepat. Karena iritasi mungkin disebabkan administrasi. pH air mata terletak antara 7 dan 8, dengan rata – rata nilai 7,4. Untungnya, kapasitas buffer air mata tinggi dari ketentuan bahwa solusi untuk diberikan memiliki kapasitas buffer yang rendah, jadi pH yang tinggi dapat ditoleransi, meskipun ada perbedaan dalam iritabilitas dari berbagai jenis ion yang biasa digunakan sebagai komponen penyangga ( Florence, 2006 ).
Dapar atau larutan penyangga adalah larutaan yang dapat mempertahannkan harga pH jika kedalam larutan tersebut ditambahkan sejumlah kecil asam, basa atau dilakukan pengenceran. Larutan dapar yang banyak kita dapati merupakan campuran asam lemah dengan salah satu garamnya yang larut yang berasal dari asam kuat ( Damin, 2009 ).
Konsentrasi ion  dan  dalam larutan air sering kali sangat kecil dan karenanya sulit diukur. Cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut pH. pH suatu larutan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen ( Raymond, 2000 ).
Campuran antara larutan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya disebut campuran dapar. Campuran ini dapat menahan perubahan pH, bila larutan ditambah sedikit asam atau basa ( Sukardjo, 1985 ).
B.     Uraian Bahan
1.      Aquadest( Ditjen POM 1979 : 96 )
Nama resmi     : AQUA DESTILLATA
Nama lain        : air suling
RM / BM         : O / 18,02
Pemerian         : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak                                           mempunyai rasa.
Penyimpanan   : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan        : sebagai pelarut
2.      Asam Asetat ( Ditjen POM 1979 : 41 )
Nama resmi     : ACIDUM ACETICUM
Nama lain        : asam asetat, asam cuka
RM                  : COOH
Pemerian         : cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,                                  tajam
Kelarutan        : dapat dicampur dengan air, dengan etanol ( 95 % ) P dan                              dengan gliserol P
Penyimpanan   : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan        : sebgai larutan campuran dari dapar asetat
3.      Asam Klorida ( Ditjen POM 1979 : 53 )
Nama resmi     : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain        : Asam klorida
RM / BM         : HCl/ 36,46
Pemerian         : tidak berwarna, berasap, bau merangsang
Kelarutan        : larut dalam air dan etannol ( 95% ) P
Penyimpanan   : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan        : sebagai larutan pH asam
4.      Natrium Hidroksida ( Ditjen POM 1979 : 412 )
Nama resmi     : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain        : Natrium klorida
RM / BM         : NaOH / 40,00
Pemerian         : bentuk batang, butiran, massa hablur, keping, keras,                                      , rapuh putih, mudah meleleh basa, sangat korosif
Kelarutan        : sangat mudah larut dalam air dan dalam etannol ( 95% ) P
Penyimpanan   : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan        : aebbagai sampel pH basa dan campuran dari dapar asetat
C.    Prosedur Kerja
1.      Pembuatan larutan HCl 2 M ( Svehla 1985 : 626 )
Tuangkan 170 ml asam klorida pekat ke dalam 800 ml air dengan terus diaduk dan encerkan dengan air sampai  menjadi 1 liter.
2.      Pembuatan larutan NaOH 2 M ( Svehla 1985 : 630 )
Ta,bahkan 80 ml air pada 80 g natrium hidriksida padat. Tutup campuran dalam gelas piala dengan kaca arloji dn diaduk isinya sekali – sekali. Pansa yang dibebaskan selama proses ini mengakibatkan pelarut yang pasti cepat. Biarkan larutan  mendingin dan encerkan dengan air sampai 1 liter.
3.      Penambahan  lartan asam asetat 2 M ( Svehla 1985 : 618 )
Encerkan 114 ml asam asetat glasial dengan air sampai menjadi 1 liter.
4.      pH larutan asam atau basa ( Anonim , 2014 )
hitunglah pH dari larutan HCl 1,0 M ; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M dan larutan NaOH 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M kemudian ukur pH larutan tersebut dengan menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian bandingkan dengan hasil perhitungan.
5.      Membuat larutan dapar ( Anonim, 2014 )
Hitung dan tentukan pH dari 50 mml natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam asetat 0,2 M. Kemudian buatlah larutan dapar tesebut, lalu ukurlah pH larutan tersebut. Setetlah itu, hitung kapasitas dapar  larutan dan buktikan kamampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kedalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.
BAB III
METODE KERJA
A.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini taitu gelas kimia 50 ml, gelas kimia 250 ml, erlenmeyer 250 ml, kertas pH universal, pH meter, pipet tetes dan pipet volume 5 ml.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Aquadest, larutan asam asetat, HCl 1 M; 0,1 M; 0,01 M: 0,001 M, NaOH 1 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M.
B.     Cara Kerja
1.      Cara pembuatan larutan NaOH 0,001 M; 0,01 M; 0,1 M; 1M
a.       Ditimbang masing – masinng 40 gram NaOH
b.      Dipanaskan air kemudian dinginkan menggunakan es batu
c.       Dilarutkan NaOH sebanyak 4 gram
d.      Dimasukkan kedalam labu ukur
e.       Ditambhaknak aquadest sampai 1000 ml
2.      Cara pembuatan HCl baku 0,001 M; 0,01 M; 0,1 M; 1 M
a.       Dipipet masing – masing sekitar 36,5 ml asam klorida, dipipet dari 2 ml HCl menjadi 250,25,2,5,0,2 ml
b.      Dilarutkan dalam labu takar 1000 ml yang telah terisi aquadestt 300 ml
3.      Cara pembuatan dapar asetat 0,2 M
a.       Dilarutkan asam asetat 142,5 ml asam asetat
b.      Ditambahkan aquadest 107,5 ml
c.       Dikocok hingga kedua larutan tercampur
4.      Penentuan pH larutan asam – basa :
a.       Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.      Dihitung pH larutan 0,001 M dan larutan NaOH 0,001 M
c.       Diukur pH larutan diatas dengan menggukanakn pH meter dan kertas pH universal
d.      Dibandingkan dengan hasil perhitungan dan pengukuran yang diperoleh
5.      Cara kerja dapar asetat :
a.       Dipipet 5 ml dapar asetat
b.      Ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 M
c.       Diukur pH larutan
d.      Ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M
e.       Diukur lagi pH larutan tersebut
f.       Dibuat hasilnya apakah dapar dapat mempertahankan harga pH larutan setelah penambahan larutan asam dan basa.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
1.         Tabel pengamatan
a.       pH larutan asam dan basa
larutan
Konsentrasi
pH
Hasil perhitungan
pH meter
pH universal
HCl
1 M
0
0,16
0
0,1 M
1
1,30
1
0,01 M
2
2,24
2
0,001 M
3
3,53
4
NaOH
1 M
14
13,30
14
0,1 M
13
12,75
13
0,01 M
12
11,54
12
0,001 M
11
9,55
7

b.      pH larutan dapar
Jenis dapar
Dapar asetat
pH meter
pH universal
pH dapar hasil perhitungan
4,46
pH dapar hasil pengukuran
4,58
4
Kapasitas Dapar
0,078
pH dapar setelah penambahan basa
12,17
11
pH dapar setelah penambahan asam
2,01
2

2.      Perhitungan
1)   Pembuatan larutan HCl 2 M sebanyak 1 liter
                                                      
2)   Pembuatan larutan  NaOH 2 M sebanyak 1 liter
   


3)  Pembuatan larutan  dapar asetat pH 4
         
4)   Menetukan pH asam  dan basa
a.      Larutan HCl
ü HCl 0,001 M
ü HCl 0,1 M
   pH
=
-log [H+]
     pH
=
-log [H+]

=
-log 10-3

=
- log 10-1

=
3

=
1
ü HCl 0,01 M
ü HCl 1,0 M
   pH
=
-log [H+]
     pH
=
-log [H+]

=
-log 10-2

=
-log 10

=
2

=
0







b.    Larutan NaOH
ü NaOH 0,001 M
ü NaOH 0,1 M
pOH
=
-log [OH-]
pOH
=
-log [OH-]

=
-log 10-3

=
-log 10-1

=
3

=
1
   pH
=
pKw – pOH
      pH
=
pKw – pOH

=
14 – 3

=
14 – 1

=
11

=
13
ü NaOH 0,01 M
ü NaOH 1,0 M
   pOH
=
-log [OH-]
      pOH
=
-log [OH-]

=
-log 10-2

=
-log 10

=
2

=
0
   pH
=
pKw – pOH
      pH
=
pKw – pOH

=
14 – 2

=
14 – 0

=
12

=
14
5)     pH dapar  asetat
ü  50 ml CH3COOH 0,2 M          50 ml  x  0,2 M = 10 mmol
ü  50 ml NaOH 0,1 M           50 ml  x  0,1 M  = 5 mmol
        CH3COOH         +      NaOH                    CH3COONa           +     H2O
Awal          : 10 mmol                 5 mmol                             -                            -
Bereaksi    :  5 mmol                  5 mmol                       5mmol                        -
        5 mmol                    0                               5 mmol                       -
                         
          
01
6)     Menghitung kapasitas dapar
       C   =  [garam] + [asam]
             =  0,1 + 0,05
             =  0,15
      Ka  =  antilog (-PKa)
             =  antilog (-4,76)
             =  1,74x 10-5
B.     Pembahasan
   pH atau potesial hydrogen adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari larutan air, dimana air memiliki pH netral, yaitu  mendekati 7 pada suhu 25OC. Sedangkan dapar adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha pengubahan asam, basa atau pengenceran. Metode yang digunakan dalam penentuan pH adalah metode kolorimetri dan metode potensiometri (Anonim, 2014).
                 Komposisi larutan dapar tersebut terdiri dari dua tipe, yaitu  (Achmad, 1996) :
a. asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya)
b. basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya)
                 Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk memprtahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat dan basa kuat  (Achmad, 1996).
Adapun tujuan dari praktikum adalah menentukan pH asam klorida, natrium hidroksida dan dapar asetat, mengetahui larutan dapar pada berbagai pH dengan menggunakan pH meter dan kertas pH universal. Dalam menentukan pH larutan dapar akan dihitung juga kapasitas dapar larutan tersebut.
Untuk menentukan pH asam dan basa, pertama-tama dihitung pH larutan HCl 1,0; 0,1; 0,01; 0,001 M dan larutan NaOH 1,0; 0,1; 0,01; 0,001 M. Kemudian diukur pH larutan diatas dengan menggunakan pH meter dan kertas pH universal, lalu dibandingkan dengan hasil perhitungan yang diperoleh. Pada pembuatan larutan dapar, pertama-tama dihitung dan ditentukan pH larutan dapar dari 50 ml NaOH 0,1 M dan 50 ml asam asetat 0,2 M. Kemudian dibuat larutan dapar tersebut. Diukur pH larutan dapar tersebut dan dihitung kapasitas dapar dari larutan yang dibuat. Selanjutnya dibuktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke dalam larutan dapar, dan diukur kembali  pHnya dengan menggunakan  pH meter dan kertas pH universal.
Dalam percobaan menentukan pH ini digunakan asam klorida (HCl) dan NaOH karena merupakan larutan asam kuat dan basa kuat yang ingin diketahui perbandingan antara perhitungan pH, menggunakan pH meter dan kertas pH universal apakah memiliki kesamaan pH atau berbeda. Sedangkan dalam membuat larutan dapar digunakan asam asetat (CH3COOH) merupakan asam lemah dan natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat, sebagaimana diketahui bahwa komponen penyusun larutan dapar adalah campuran asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya), maka dari itu digunakan asam asetat dan natrium hidroksida. Digunakan pH meter dan kertas pH universal karena kedua alat tersebut dapat digunakan untuk mengukur pH dan ingin diketahui perbandingkan nilai pH yang dihasilkan kedua alat pengukur tersebut apakah memiliki kesamaan atau perbedaan nilai pH dari zat yang sama.
Berdasarkan pH universal yang di gunakan di dapat nilai pH dari HCl 0,001 M, 0,01 M, 0,1 M dan 1 M hasilnya adalah 0-4 berarti pH < 4 adalah asam, sedangkan larutan NaOH 0,001 M, 0,01 M, 0,1 M dan 1 M hasilnya adalah 7-14 berarti pH > 14 adalah basa sedangkan hasil pengukuran pH dengan menggunakan pH meter di peroleh hasil yang cukup berbeda dengan perhitungan yaitu pada larutan HCl 0,001 M, 0,01 M, 0,1 M dan 1 M adalah di peroleh pH 3,53; 2,24; 1,30 dan 0,16 sedangkan pada larutan NaOH 0,001 M, 0,01 M, 0,1 M, dan 1 M diperoleh pH 9,55; 11,54; 12,75; dan 13,30. Dari hasil perhitungan dan pengukuran pH diperoleh, pada HCl menunjukkan hasil perhitungan sesuai dengan hasil pH meter, tetapi pada kertas pH universal menunjukan hasil tidak berbeda signifikan yaitu pada konsentrasi 0,001 M pHnya adalah 4. Pada NaOH menunjukan hasil perhitungan dengan hasil pada pH meter tidak berbeda signifikan, sedangkan dengan menggunakan kertas pH universal sesuai tetapi pada konsentrasi 0,001 M pHnya adalah 7 (pH netral). Sebagian besar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa apabila senyawa itu asam , maka range pHnya adalah dibawah nilai 7, sedangkan apabila senyawa itu basa maka range pHnya adalah lebih dari nilai 7 dan bila pHnya 7 maka larutan itu netral. Adapun faktor kesalahan yang menyebabkan hal ini adalah :
1.      pH meter yang digunakan  tidak bekerja dengan baik, sehingga menimbulkan perbedaan dengan  kertas  pH universal.
2.      Alat-alat yang digunakan telah terkontaminasi dengan senyawa-senyawa lain.
3.      Kurang telitinya praktikan dalam mengamati nilai pH larutan.
Walaupun dalam pehitungan dan pengukuran tidak menghasilkan pH yang spesifik sama tetapi tetap dalam jangkauan range pH dan penambahan sedikit asam dan sedikit basa hanya menggeser sedikit harga pH dan hal itu dapat diabaikan. Hal ini diakibatkan karena untuk pengukuran menggunakan pH meter lebih spesifik dalam membaca nilai pH suatu larutan asam maupun basa. Sedangkan untuk kertas pH universal hasil yang diperoleh kurang spesifik karena kertas ini hanya dapat menunjukkan nilai pH dari warna yang dihasilkan apabila dimasukkan dalam larutan asam maupun basa.
Pada percobaan dapar diperoleh hasil pada gelas kimia pertama yaitu dapar asetat sebelum ditambah HCl 0,1 M nilai pHnya adalah 4,58 dengan pengukuran pH meter tetapi setelah penambahan diukur menjadi 2,01. Sedangkan gelas kimia yang berisi dapar asetat sebelum ditambah NaOH 0,1 M nilai pH nya adalah 4,58 tetapi setelah penambahan diukur menjadi 12,17. Nilai kapasitas daparnya adalah 0,078. Nilai ini menunjukkan daparnya sesuai range yaitu 0,01-0,1 (Anonim, 2014) sehingga ia dapat mempertahankan pHnya. Maka dapat disimpulkan bawa larutan dapar tersebut dapat mempertahankan harga  pHnya.
Aplikasi pH dan dapar dalam bidang Farmasi yaitu untuk dapat membuat obat dengan menggunakan prinsip larutan penyangga sehingga obat yang dihasilkan lebih baik dan dapat menimalizir efek samping obat  tersebut.



BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
ü  Pada perhitungan pH diperoleh bahwa HCl 1 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M memiliki pH 0, 1, 2, 3. Pada pengukuran pH diperoleh pH 0,26; 1,30; 2,24; 3,53 (pH meter) dan  0, 1, 2, 4 (pH universal). Semakin besar konsentrasi asam  maka pHnya makin kecil.
ü  Pada perhitungan pH diperoleh bahwa NaOH 1 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M memiliki pH 14, 13, 12, 11. Pada pengukuran pH diperoleh pH 13,30; 12,75; 11,54; 9,55 (pH meter) dan  14, 13, 12, 7 (pH universal). Semakin besar konsentrasi basa makin pHnya makin  besar.
ü  Pada penentuan dapar asetat diperoleh  pH dapar hasil hitungan adalah 4,46
sedangkan  pH dapar hasil pengukuran adalah 4,58.
ü  pH dapar setelah penambahan basa adalah 12,17 dan pH dapar setelah penambahan asam adalah 2,01
ü  Nilai kapasitas dapar adalah  0,078
B.       Saran
Untuk Asisten : Diharapkan asisten tetap semangat dalam membimbing praktikannya dan diharapkan agar kursi yang rusak di lab dapat diperbaiki.
Untuk Praktikan : Praktikan harus memahami prosedur kerja terlebih dahulu   sebelum praktikum agar pada saat praktikum tidak banyak waktu yang sia-sia sehingga bisa menghindari kesalahan kerja.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Makassar : Universitas            Muslim Indonesia

Chang Raymond. 2000. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi 3. Erlangga:       Jakarta

Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.     EGC : Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakopi Indonesia Edisi III. Departmen Kesehatan RI :       Jakarta

Florence. 2006. Physicochemical Principles of Pharmacy: Pharmautical Press
Gennaro. Alfonso R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18. Mark            Publishing Company Eston : Pennyslavania

Groves, Michael J. 1988. Parental Technology Manual Part II. USA
Parrot, Eugene L. 1970. Pharmaceutical Techology. Lowa City
Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Bina Aksara. Yogyakarta

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makso dan Semimakro. Jakarta :    PT. Kalman Media Pustaka

1 komentar: